Selama lebih dan satu dekade ini, dunia teknologi bisa dibilang terfokus pada pe-ngembangan perangkat lunak (software]. Mulai dari aplikasi desktop, mobile, serta aplikasi berbasis web.
Namun jika Anda memperhatikan, belakangan bermunculan startup-startup baru yang mulai keluar dari lingkup software, dan mulai merambah bisnis perangkat keras (hardware].
Tidak sedikit analis yang mengatakan bahwa sejak 2012 lalu, startup hardware mulai populer. Sebut saja Square, Nest, LeapMoti- on, Makerbot, Dropcam, ¡Robot dan masih ba-nyak lagi hardware startup yang kebanyakan berbasis di Amerika Serikat. Ada juga startup yang membangun sebuah platform berbasis hardware seperti Raspberry Pi, Arduino dan lain-lain.
Paul Graham, pendiri YCombinator mengatakan bahwa sebenarnya startup hardware selalu ada, namun belum menemukan metode yang cocok untuk bisa berkembang dengan skala besar seperti software.
Dari sisi bisnis, monetisasi dari hardware tentu jauh lebih mudah daripada monetisasi software. Hardware menjadi bisnis besar dengan skalabilitas kecil.
Sementara Software skalabilitasnya tinggi namun sulit monetisasi.
Namun sepertinya pandangan tersebut mulai berubah seiring dengan munculnya startup hardwareyang masuk ke pasar konsumen. Tentu saja Apple berperan besar di sini.
Bagaimana untuk startup Indonesia? Tentu bukan berita baru bahwa Indonesia memiliki talenta muda yang luar biasa di bidang hardware. Terbukti dengan ke-menangan di berbagai kejuaraan robotika tingkat nasional, regional bahkan interna-sional.
Tentu saja startup hardware tidak hanya terbatas di robotika, namun juga di kalangan konsumen. Potensi ini kurang termanfaatkan dengan baik dan bisa mengakibatkan brain drain yang fatal.
Sa-yangnya, belum banyak investor yang melirik bisnis robotika dan hardware secara general di Indonesia. Padahal secara garis besar, mungkin bisnis hardware bisa jauh lebih menguntungkan ketimbang bisnis Software jika produk yang berguna bisa dikelola dengan baik.
INFO: www.dailysocial.net